JAKARTA . Ditengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial ,pola
pendidikan orang tua kepada remaja tidak berubah . Informasi tentang
kesehatan reproduksi (Kespro ) dan seksual masih tabu dibicarakan .
Akibatnya ,remaja justru mendapat informasi salah yang menjerumuskan
mereka.
Pekerja kemanusiaan bidang penanggulangan HIV / AIDS seksualitas
dan narkoba Baby Jim Aditya . di Jakarta ,selasa (2/4 ) .
Mengatakan,saat dorongan seksual remaja tidak punya kemampuan
menghadapi. Resiko dan bahaya yang menyertainya pun tidak di mengerti .
Survei KesPro Remaja Indonesia 2007 . menyebut pengetahuan remaja
tentang akil balig saja masih terbatas . mereka umumnya hanya tahu fase
itu ditandai dengan perubahan bentuk tubuh . hanya 22,4 persen laki laki
umur 15-24 tahun yang tahu mimpi basah sebagai tanda balig . Sementara
itu remaja perempuan rentang umur yang sama yang tahu menstrurasi
sebagai tanda balig mencapai 76,2 persen .
Namun ,hanya 6,4 persen remaja laki laki dan 4,9 persen remaja
perempuan yang tahu akil balig juga disertai meningkatnya dorongan
seksual.
Menurut Baby ,remaja bukannya tak ingin memahami persoalan
kesehatan reproduksi dan seksualitas . Namun ketika mereka bertanya
kepada orang tua dan guru ,mereka menuduh remaja telah melakukan hal hal
yang ingin diketahui . banyak pula orang dewasa yang langsung mengelak
dengan alasan tak ada gunanya remaja tahu hal itu.
Akibatnya ,remaja bertanya kepada kawan . Padahal mereka umumnya
mengalami hal yang sama . Pada akhirnya remaja mendapatkan informasi
yang salah.
“orag dewasa harus memahami kebutuhan remaja ,bukan memaksakan pandangannya pada remaja ‘. Katanya .
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
nasional Sudibyo Alimoeso mengatakan,banyak orang tua menganggap
pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas justru mendorong anak
melakukan seks bebas.
“Padahal penelitian menunjukkan ,makin tinngi tingkat pengetahuan
anak tentang kesehatan reproduksi makin tinggi pula kemampuannya
menghindari resiko,”. Ujarnya . sebaliknya remaja yang tak tahu justru
makin terjerumus dalam dorongan seksualnya.
Menurut Sudibyo ,saat ini pusat informasi kesehatan remaja (PKIR )
sudah ada di 16.000 sekolah lanjutan tingkat atas dan 400 perguruan
tinggi se Indonesia . Namun ,keberadaannya kurang dimanfaatkan siswa
,selain itu ,kaderisasi kader PKIR masih lemah sehingga keberlangsungan
PKIR terganggu .
bagus, sangat bermanfaat utk kita2 para remaja...
BalasHapus