Rabu, 08 Mei 2013

INSPIRASI SEORANG PEMUDA TANGGUH



Belasan tahun yang lalu,
Seorang anak dari NTT yang baru lulus SD berkata pada ayah ibunya, "Ayah, Ibu ada tawaran beasiswa pesantren di Jawa sana. Bolehkah saya ikut?"
Tak disangka, jawaban ayah sangat mengejutkan, "Pergilah Nak, Adakah kapal hari ini juga yang berangkat menuju jawa?"
Sang anak menjawab, "Ada pak, sore nanti." Tak menunggu lama sang anak diminta mengemasi barang dan pakaian yang mesti dibawa. Tak ada kata sedih dan perpisahan. Padahal ia akan meninggalkan kampung halamannya untuk waktu yang cukup panjang.

Setelah sampai di pelabuhan, sang ayah dan ibu, melepas sang anak yang baru lulus SD itu dengan wajah yang biasa saja. Sang anak semakin merasa aneh, "Jangan-jangan, ini bukan ayah dan ibuku yang sebenarnya!"

Perlahan, Sang anak menaiki kapal, dan peluit tanda kapal berjalan pun berbunyi. Tak ada air mata yang keluar, tak ada tangan yang melambai dari kedua orang tuanya. Bahkan merekapun pergi begitu saja tanpa menatap kembali sang anak.

Sang anak masih menitikkan air mata dan keheranan, sambil terus memusatkan kedua matanya pada kedua manusia yang ia anggap ayah dan ibunya itu. Di kejauhan ia melihat ayah dan ibu itu menyeka air mata mereka.

7 tahun berlalu, Sampai sang anakpun lulus SMA dan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya yang ada nun jauh disana.
7 tahun bukan waktu yang singkat, sudah banyak perubahan di kampungnya. Hingga Sang anak menemui kakkanya, namun sang kakak awalnya tak mengenal sang adik yang sudah 7 tahun tak bertemu. Ia pun mencoba menjelaskan sampai sang kakak percaya. Dibawalah sang adik ke rumah orang tuanya.

Saat kedua manusia yang ia anggap orang tuanya dulu itu keluar, merekapun hampir lupa, namun akhirnya mereka yakin ia anak yang 7 tahun silam mereka antar menuju kapal untuk mesantren di Jawa. Akhirnya ayah ibupun memeluknya sambil menangis haru bercampur rindu.

Setelah mandi, makan dan ganti baju. Sang ayahpun berkata, "Nak, maafkan kalau ayah baru bercerita sekarang!". Hati sang anak semakin galau, terbesit perasaan bahwa ini bukan ayah ibunya yang asli. "Begini nak, mungkin kau menyangka kami bukan ayah ibumu. Karena kami merelakanmu begitu saja merantau untuk mencari ilmu di pulau Jawa. Nak, sebenarnya kami memang ayah ibumu. Tapi kami ini mu'alaf. Dan kami bertekad, harus ada minimal satu dari anak-anak kami yang faham dengan agama Islam. Jangan seperti kami. Dan kami bangga karena kau sudah membuktikannya"

Tak terasa air mata sang anak meleleh. Ia peluk dan meminta maaf pada ayah ibu yang selama ini ia sangka tidak baik.

Hari ini, Sang anak sudah akan menyeleasikan kuliah di Universitas Islam Negeri Alaudian, Makassar. Menjadi seorang yang mandiri dan ketua sebuah organisasi. Dan bertekad menjadi agen perubahan di daerahnya dengan mengikuti training Agent Competition di Setia House kemarin. Subhanallah.

Anak itu bernama Abdurrahman Lau. Semoga seperti juga namanya, ia bisa menjadi pemudah yang menjadi hamba Allah yang penyayang. Aamiin


2 komentar: