Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat
"apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini diawali dengan
Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan.
Hedonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan
materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,
bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama
hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka
beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin
menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham
ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu
yang tanpa batas.
Remaja
dan mahasiswa termasuk dalam kategori generasi penerus bangsa Indonesia
di masa depan. Peran mereka sebagai generasi penerus akan menentukan
kemajuan dan kemampuan Indonesia untuk bersaing dengan negara lain dalam
segala bidang, baik ilmu pengetahuan, teknologi, informasi maupun
lainnya. Adanya budaya hedonisme yang makin marak memberikan pengaruh
kepada mereka termasuk salah satu hal yang harus diwaspadai dan
diperlukan jalan keluar penyelesaiannya.
Fakta
adanya budaya hedone yang marak di kalangan generasi penerus Indonesia,
misalnya pesta minuman keras, pesta narkoba, pergaulan bebas dan
lainnya. Semua fakta tersebut berujung pada kesenangan dunia belaka.
Akibat yang ditimbulkan beragam dan membuat kondisi generasi penerus
tersebut ironi dengan tingkah laku mereka.
Budaya
ini dapat dihindari dan dicegah dengan adanya peran aktif dari lini
sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Hidup hedone tidak dapat
hanya dibentengi dengan pengendalian diri sendiri karena manusia pada
dasarnya makhluk sosial dan mudah terpengaruh dengan orang lain dalam
kondisi tertentu.
Sebagian
besar generasi penerus tersebut memiliki pendapat bahwa budaya
hedonisme memiliki hubungan dengan gaya hidup modern. Jika mereka tidak
mengikuti arus kehidupan modern, maka mereka merasa tertinggal dan
berada pada posisi tidak berkembang mengikuti perkembangan jaman.
Pendapat seperti itulah yang seharusnya tidak dimiliki generasi
Indonesia.
Memaknai
kehidupan modern dan mengikuti perkembangan jaman berbeda dengan
terpengaruh kesenangan hidup modern yang berujung pada hedone. Oleh
karena itu, seperti ulasan sebelumnya peran dari semua aspek kehidupan
baik diri sendiri sampai dengan negara harus diupayakan terlaksana demi
menyelamatkan aset penting negara yaitu generasi muda Indonesia.
Kehidupan
modern yang salah dimaknai oleh para generasi penerus bangsa biasanya
dapat terlihat dari sisi lahiriyah, seperti arsitektur atau bentuk
rumah, pusat perbelanjaan modern, gaya hidup modern dan lainnya yang
terpengaruh kehidupan modern. Padahal jika kita telusuri, semua hal yang
dimaknai modern tersebut asalnya dari negara barat. Hal itulah yang
menjadikan cara pandang dan berpikirnya generasi penerus Indonesia tidak
sesuai dengan nilai luhur budaya Bangsa Indonesia.
Era
globalisasi seperti saat ini seharusnya dihadapi dengan banyak
persiapan terutama generasi penerusnya. Wajar jika secara mayoritas
masyarakat Indonesia terutama generasi penerusnya. Wajar jika secara
mayoritas masyarakat Indonesia terutama generasi penerusnya makin jauh
dari nilai lihur budaya bangsa karena ketidakpastian mereka menghadapi
era globalisasi.
Semua
mengikuti arah budaya barat dalam segala kehidupan. Misalnya makin
ramainya tempat hiburan malam, anak muda menykai mabuk-mabukan yang
berakibat pada keributan, adanya pencinta sesama jenis di Indonesia,
banyak pelajar yang umumnya remaja tidak ada semangat belajar karena
menurut mereka belajar merupakan kegiatan yang membosankan. Hal inilah
yang membuat budaya di Indonesia mulai dilupakan dengan adanya gaya
hidup hedonisme.
diharapkan para remaja jgn bersikap hedonisme
BalasHapus